Minggu, 21 Oktober 2012

Pola pemilihan calon pemimpin.



              Penerapan system demokrasi dalam pemilihan pemimpin saat ini belum masuk pada inti demokrasi itu sendiri hal ini dapat di lihat dari pola pemilihan masyarakat dalam memilih pemimpin sering kali di dasarkan pada unsur coba – coba atau dengan kata lain apabila seorang pemimpin yang telah di pilih dan dalam proses kepemimpinanya
tidak memberikan kontribusi yang nyata pada kesejahteraan masyarakat, maka masyarakat tidak akan memilihnya kembali untuk menjadi pemimpin dan kalaupun hal itu itu ada perbandingannya 1 : 10, jadi orang bisa di pilih kembali untuk menjadi pemimpin lagi.
Entah karena apa, pemahaman demokrasi yang di gunakan negara ini belum pada tahap yang menggembirakan padahal pola sederhana dari demokrasi adalah pemerintahan yang kekuasaanya berdasarkan kedaulatan rakyat, adapun asal kata demokrasi di ambil dari bahasa yunani "Demos" rakyat dan kata "kratos" kekuasaan. Tapi apa yang terjadi pada pemerintah sebagai pemangku kepercayaan rakyat dengan kata lain di beri kekuasaan oleh rakyat namun sering kali menggunakan kewenangan tersebut untuk memenuhi kebutuhnya sendiri berdasarkan kedaulatan rakyat.Contoh nyata banyaknya para pemimpin yang telah lengser atau habis massa kepemimpinanya terjerat kasus korupsi.
Di lihat dari sisi pemimpin itu sendiri seakan massa jabatanya itu sebagai waktu mendulang atau mengganti biaya kampanye, bukan rahasia lagi jika biaya kampanye yang di habiskan untuk menjadi pemimpin itu bukan lagi jutaan melainkan sampe M rupiah, untuk hal ini bisa anda baca di koran - koran atau sumber informasi lainya.

Kesimpulan.

Saya harap masyarakat menjadi lebih pintar lagi dalam memilih pemimpin, karena pemimpin hausnya mempunya sikap yang Jujur, adil dan amanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar